Total Pageviews

Tuesday 24 November 2009

Pembelahan Mitosis dan Meiosis I,II

PEMBELAHAN MITOSIS

Pembelahan mitosis menghasilkan sel anakan yang jumlah kromosomnya sama dengan jumlah kromosom sel induknya, pembelahan mitosis terjadi pada sel somatic (sel penyusun tubuh).
Sel – sel tersebut juga memiliki kemampuan yang berbeda – beda dalam melakukan pembelahannya, ada sel – sel yang mampu melakukan pembelahan secara cepat, ada yang lambat dan ada juga yang tidak mengalami pembelahan sama sekalisetelah melewati masa pertumbuhan tertentu, misalnya sel – sel germinatikum kulit mampu melakukan pembelahan yang sangat cepat untuk menggantikan sel – sel kulit yang rusak atau mati. Akan tetapi sel – sel yang ada pada organ hati melakukan pembelahan dalam waktu tahunan, atau sel – sel saraf pada jaringan saraf yang sama sekali tidak tidak mampu melakukan pembelahan setelah usia tertentu. Sementara itu beberapa jenis bakteri mampu melakukan pembelahan hanya dalam hitungan jam, sehingga haya dalam waktu beberapa jam saja dapat dihasilkan ribuan, bahkan jutaan sel bakteri. Sama dnegan bakteri, protozoa bersel tunggal mampu melakukan pembelahan hanya dalam waktu singkat, misalkan amoeba, paramecium, didinium, dan euglena.
Pada sel – sel organisme multiseluler, proses pembelahan sel memiliki tahap – tahap tertentu yang disebut siklus sel. Sel – sel tubuh yang aktif melakukan pembelahan memiliki siklus sel yang lengkap. Siklus sel tersebut dibedakan menjadi dua fase(tahap ) utama, yaitu interfase dan mitosis. Interfase terdiri atas 3 fase yaitu fase G, ( growth atau gap), fase S (synthesis), fase G2(growth atau Gap2).
Pembelahan mitosis dibedakan atas dua fase, yaitu kariokinesis dan sitokinesis, kariokinesis adalah proses pembagian materi inti yang terdiri dari beberapa fase, yaitu Profase, Metafase, dan Telofase. Sedangkan sitokinesis adalah proses pembagian sitoplasma kepada dua sel anak hasil pembelahan.
1. Kariokinesis
Kariokinesis selama mitosis menunjukkan cirri yang berbeda – beda pada tiap fasenya. Beberapa aspek yang dapat dipelajari selama proses pembagian materi inti berlangsung adalah berubah – ubah pada struktur kromosom,membran inti, mikro tubulus dan sentriol. Cirri dari tiap fase pada kariokinesis adalah:
a) Profase
1. Benang – benang kromatin berubah menjadi kromosom. Kemudian setiap kromosom membelah menjadi kromatid dengan satu sentromer.
2. Dinding inti (nucleus) dan anak inti (nucleolus) menghilang.
3. Pasangan sentriol yang terdapat dalam sentrosom berpisah dan bergerak menuju kutub yang berlawanan.
4. Serat – serat gelendong atau benang – benang spindle terbentuk diantara kedua kutub pembelahan.

b) Metafase
Setiap kromosom yang terdiri dari sepasang kromatida menuju ketengah sel dan berkumpul pada bidang pembelahan (bidang ekuator), dan menggantung pada serat gelendong melalui sentromer atau kinetokor.

c) Anaphase
Sentromer dari setiap kromosom membelah menjadi dua dengan masing – masing satu kromatida. Kemudian setiap kromatida berpisah dengan pasangannya dan menuju kekutub yang berlawanan. Pada akhir nanfase, semua kroatida sampai pada kutub masing – masing.

d) Telofase
Pada telofase terjadi peristiwa berikut:
1. Kromatida yang berada jpada kutub berubah menjasadi benang – benangkromatin kembali.
2. Terbentuk kembali dinding inti dan nucleolus membentuk dua inti baru.
3. Serat – serat gelendong menghilang.
4. Terjadi pembelahan sitoplasma (sitokenesis) menjadi dua bagian, dan terbentuk membrane sel pemisah ditengah bidang pembelahan. Akhirnya , terbentuk dua sel anak yang mempunyai jumlah kromosom yang sama dengan kromosom induknya.


Hasil mitosis:
1. Satu Sel induk yang diploid (2n) menjadi 2 sel anakan yang masing – masing diploid.
2. Jumlah kromosom sel anak sama dengan jumlah kromosom sel induknya.



2 Sitokinesis
Selama sitokinesis berlangsung, sitoplasma sel hewan dibagi menjadi dua melalui terbentuknya cincin kontraktil yang terbentuk oleh aktin dan miosin pada bagian tengah sel. Cincin kontraktil ini menyebabkan terbentuknya alur pembelahan yang akhirnya akan menghasilkan dua sel anak. Masing – masing sel anak yang terbentuk ini mengandung inti sel, beserta organel – organel selnya. Pada tumbuhan, sitokinesis ditandai dengan terbentuknya dinding pemisah ditengah – tengah sel. Tahap sitokinesis ini biasanya dimasukkan dalam tahap telofase.


Keterangan:
(a) Sitokinesis pada hewan
(b) Sitokinesis pada tumbuhan.

Meiosis (Pembelahan Reduksi) adalah reproduksi sel melalui tahap-tahap pembelahan seperti pada mitosis, tetapi dalam prosesnya terjadi pengurangan (reduksi) jumlah kromosom.

Meiosis terbagi menjadi due tahap besar yaitu Meiosis I dan Meiosis II Baik meiosis I maupun meiosis II terbagi lagi menjadi tahap-tahap seperti pada mitosis. Secara lengkap pembagian tahap pada pembelahan reduksi adalah sebagai berikut :
• Metafase 1:
Membran nukleus hilang, terbentuk benang spindel, sentriol menuju ke masing-masing kutub
Terjadi proses kongregasi, distribusi, dan orientasi
• Anafase 1: kromosom yang telah mengalami crossing over memisahkan diri ke kutub yang berlawanan
• Telofase 1: terjadi sitokinesis, terbentuk 2 sel dengan jumlah kromosom yang haploid (n)

• Profase 2: sering ke fase berikutnya
• Metafase 2, anafase 2, telofase 2 = fase pada mitosis. Hasil akhir: 4 buah sel haploid
• Anafase 2: terjadi pembelahan sentromer dan bergerak ke kutub yang berlawanan
• Telofase 2: terjadi pengelompokkan kromosom yang haploid menjadi nukleus














Berbeda dengan pembelahan mitosis, pada pembelahan meiosis antara telofase I dengan profase II tidak terdapat fase istirahat (interface). Setelah selesai telofase II dan akan dilanjutkan ke profase I barulah terdapat fase istirahat atau interface.
PERBEDAAN ANTARA MITOSIS DENGAN MEIOSIS
Aspek yang dibedakan Mitosis Meiosis
Tujuan Untuk pertumbuhan Sifat mempertahan-kan diploid
Hasil pembelahan 2 sel anak 4 sel anak
Sifat sel anak diploid (2n) haploid (n)
Tempat terjadinya sel somatic sel gonad
Pada hewan dikenal adanya peristiwa meiosis dalam pembentukan gamet, yaitu Oogenesis dan Speatogenesis. Sedangkan pada tumbahan dikenal Makrosporogenesis (Megasporogenesis) dan Mikrosporogenesis.

Meiosis I
1. Profase I
a. Leptoten
Kromatin menebal membentuk kromosom.
b. Zygoten
Kromosom yang homolog mulai berpasangan, kedua sentriol bergerak menuju ke kutub yang berlawanan.
c. Pakiten
Tiap kromosom menebal dan mengganda menjadi dua kromatida dengan satu sentromer.
d. Diploten
Kromatida membesar dan memendek, bergandengan yang homolog dan menjadi rapat.
e. Diakenesis
Ditandai dengan adanya pindah silang (crossing over) dari bagian kromosom yang telah mengalami duplikasi. Hal ini hanya terjadi pada meiosis saja,, yang dapat mengakibatkan terjadinya rekombinasi gen. nucleolus dan dinding inti menghilang. Sentriol berpisah menuju kutub yang berawanan, terbentuk serat gelendong diantara dua kutub.

2. Metafase 1
Pada tahap ini, tetrad menempatkan dirinya pada bidang ekuator. Membrane inti sudah tidak tampak lagi dan sentromer terikat oleh spindel pembelahan.

3. Anafase I
Pada tahap ini, spindel pembelahan memendek dan menarik belahan tetrad (diad) ke kutub sel berlawanan sehingga kromosom homolog dipisahkan. Kromosom hasil crossing over yang bergerak ke kutub sel membawa materi genetic yang berbeda.

4. Telofase I
Pada tahap ini, membrane sel membentuk sekat sehingga terbentuk dua sel anak yang bersifat haploid, tetapi setiap kromosom masih mengandung dua kromatid (siser cromatid) yang terhubung melalui sentromer.
Meiosis II
1. Profase II
a. Benang – benang kromatin berubah kembali menjadi kromosom.
b. Kromosom yang terdiri dari 2 kromatida tidak mengalami duplikasi lagi.
c. Nucleolus dan dinding inti menghilang.
d. Sentriol berpisah menuju kutub yang berlawanan.
e. Serat – serat gelendong terbentuk diantara 2 kutub pembelahan.

2. Metafase II
Kromosom kebidang ekuator menggantung pada serat gelendong melalui sentromernya.

3. Anafase II
Kromatida berpisah dari homolognya, dan bergerak menuju ke kutub yang berlawanan.

4. Telofase II
a. Kromosom berubah menjadi benang – benang kromatin kembali.
b. Nucleolus dan dinding inti terbentuk kembali.
c. Serat – serat gelendong menghilang dan terbentuk sentrosom kembali.
Gambar di bawah ini merupakan fase – fase pembelahan meiosis. Sel – sel eukariot tertentu menghasilkan sel haploid (misalnya gamet pada hewan dan manusia, serta spora pada tumbuhan) dengan pembelahan sel yang disebut meiosis. Pada meiosis terjadi satu kali penggandaan kromosom dan dua kali pembelahan sel, yang disebut meiosis I dan meiosis II.

Terumbu Karang

Terumbu Karang adalah bangunan ribuan karang yang menjadi tempat hidup berbagai ikan dan makhluk laut lainnya. Bayangkanlah terumbu karang sebagai sebuah kota yang sangat sibuk, bangunannya terdiri dari karang-karang, dengan ikan-ikan dan makhluk laut sebagai penghuninya.
Karang yang hidup di laut, tampak terlihat seperti batuan atau tanaman. Tetapi mereka sebenarnya adalah sekumpulan hewan-hewan kecil yang dinamakan polip. Ada dua macam karang, yaitu karang batu (hard corals) dan karang lunak (soft corals). Karang batu merupakan karang pembentuk terumbu karena tubuhnya yang keras seperti batu. Kerangkanya terbuat dari kalsium karbonat atau zat kapur. Karang baru bekerja sama dengan alga yang disebut zooxanthellae. Karang batu hanya hidup di perairan dangkal dimana sinar matahari masih didapatkan. Karang lunak bentuknya seperti tanaman dan tidak bekerja sama dengan alga. Karang lunak dapat hidup baik di perairan dangkal maupun di perairan dalam yang gelap.
Pada tentakel polip terdapat racun yang digunakan untuk menangkap berbagai jenis hewan dan tumbuhan laut yang sangat kecil atau disebut plankton sebagai makanan tambahannya. Tentakel karang terbuka pada malam hari dan digunakan untuk menangkap plankton yang melayang-layang terbawa arus. Karang batu mendapatkan makanan dari zooxanthellae.

Karang berkembang baik secara sexual dan asexual. Sexual reproduction terjadi saat sel telur dan sperma dikeluarkan oleh karang ke kolom perairan. Sel telur dan sperma dari jenis yang sama kemudian bergabung menghasilkan larva planula. Planula akan tumbuh sebagai polip karang. Asexual reproduction terjadi saat planula tumbuh menjadi polip karang kemudian membelah memperbanyak diri.
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae.
Hewan karang bentuknya aneh, menyerupai batu dan mempunyai warna dan bentuk beraneka rupa. Hewan ini disebut polip, merupakan hewan pembentuk utama terumbu karang yang menghasilkan zat kapur. Polip-polip ini selama ribuan tahun membentuk terumbu karang.
Zooxanthellae adalah suatu jenis algae yang bersimbiosis dalam jaringan karang. Zooxanthellae ini melakukan fotosintesis menghasilkan oksigen yang berguna untuk kehidupan hewan karang
Di lain fihak, hewan karang memberikan tempat berlindung bagi zooxanthellae.
Dalam ekosistem terumbu karang ada karang yang keras dan lunak. Karang batu adalah karang yang keras disebabkan oleh adanya zat kapur yang dihasilkan oleh binatang karang. Melalui proses yang sangat lama, binatang karang yang kecil (polyp) membentuk kolobi karang yang kental, yang sebenarnya terdiri atas ribuan individu polyp. Karang batu ini menjadi pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Walaupun terlihat sangat kuat dan kokoh, karang sebenarnya sangat rapuh, mudah hancur dan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.



Terumbu karang (Coral reef ) merupakan masyarakat organisme yang hidup didasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut. Sedangkan organisme–organisme yang dominan hidup disini adalah binatang-binatang karang yang mempunyai kerangka kapur, dan algae yang banyak diantaranya juga mengandung kapur. Berkaitan dengan terumbu karang diatas dibedakan antara binatang karang atau karang (reef coral) sebagai individu organisme atau komponen dari masyarakat dan terumbu karang (coral reef ) sebagai suatu ekosistem. (Sorokin, 1993).
Nybakken (1992) mengelompokkan terumbu karang menjadi tiga tipe umum yaitu :
a) Terumbu karang tepi (Fringing reef/shore reef )
b) Terumbu karang penghalang (Barrier reef)
c) Terumbu karang cincin (atoll)
Diantara tiga struktur tersebut, terumbu karang yang paling umum dijumpai di perairan Indonesia adalah terumbu karang tepi (Suharsono, 1998). Penjelasan ketiga tipe terumbu karang sebagai berikut :
1) Terumbu karang tepi (fringing reef) ini berkembang di sepanjang pantai dan mencapai kedalaman tidak lebih dari 40m. Terumbu karang ini tumbuh keatas atau kearah laut. Pertumbuhan terbaik biasanya terdapat dibagian yang cukup arus. Sedangkan diantara pantai dan tepi luar terumbu, karang batu cenderung mempunyai pertumbuhaan yang kurang baik bahkan banyak mati karena sering mengalami kekeringan dan banyak endapan yang datang dari darat.
2) Terumbu karang tipe penghalang (Barrief reef ) terletak di berbagai jarak kejauhan dari pantai dan dipisahkan dari pantai tersebut oleh dasar laut yang terlalu dalam untuk pertumbuhan karang batu (40-70 m). Umumnya memanjang menyusuri pantai dan biasanya berputar-putar seakan – akan merupakan penghalang bagi pendatang yang datang dari luar. Contohnya adalah The Greaat Barier reef yang berderet disebelah timur laut Australia dengan panjang 1.350 mil.
3) Terumbu karang cincin (atol) yang melingkari suatu goba (laggon). Kedalaman goba didalam atol sekitar 45m jarang sampai 100m seperti terumbu karang penghalang. Contohnya adalah atol di Pulau Taka Bone Rate di Sulawesi Selatan.
Terumbu karang secara umum dapat dinisbatkan kepada struktur fisik beserta ekosistem yang menyertainya yang secara aktif membentuk sedimentasi kalsium karbonat akibat aktivitas biologi (biogenik) yang berlangsung di bawah permukaan laut. Bagi ahli geologi, terumbu karang merupakan struktur batuan sedimen dari kapur (kalsium karbonat) di dalam laut, atau disebut singkat dengan terumbu. Bagi ahli biologi terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang dibentuk dan didominasi oleh komunitas koral.



Dalam peristilahan 'terumbu karang', "karang" yang dimaksud adalah koral, sekelompok hewan dari ordo Scleractinia yang menghasilkan kapur sebagai pembentuk utama terumbu. Terumbu adalah batuan sedimen kapur di laut, yang juga meliputi karang hidup dan karang mati yang menempel pada batuan kapur tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari karang maupun dari alga. Secara fisik terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk dari kapur yang dihasilkan oleh karang. Di Indonesia semua terumbu berasal dari kapur yang sebagian besar dihasilkan koral. Kerangka karang mengalami erosi dan terakumulasi menempel di dasar terumbu.
Dalam banyak publikasi internasional 'terumbu karang' sering juga disebut secara singkat dengan 'terumbu' saja karena keduanya sama artinya, misalnya 'ikan terumbu karang' disebut sebagai 'ikan terumbu'. Di Indonesia, sebagian penulis menggunakan istilah 'ikan karang' yang salah kaprah. Jenis-jenis koral meliputi Acropora spp, Porites spp., Favia spp. dan lain-lain. Jenis-jenis terumbu atau terumbu karang meliputi atoll, terumbu penghalang, dan terumbu tepi.
Di dalam terumbu karang, koral adalah insinyur ekosistemnya. Sebagai hewan yang menghasilkan kapur untuk kerangka tubuhnya,karang merupakan komponen yang terpenting dari ekosistem tersebut. Baik buruknya kondisi suatu ekossistem terumbu karang dilihat dari komunitas karangnya. Kehadiran karang di terumbu akan diikuti oleh kahadiran ratusan biota lainnya (ikan, invertebrata, algae), sebaliknya hilangnya karang akan diikuti oleh perginya ratusan biota penghuni terumbu karang. Disamping menghasilkan sedimen kapur pembentuk terumbu, karang juga meningkatkan kompleksitas dan produktivitas ekosistem. Karang kadangkala disebut juga sebagai karang batu (karang yang keras seperti batu) atau karang terumbu (karang yang menghasilkan kapur pembentuk terumbu). Hal ini untuk membedakannya dengan karang lunak. Jika istilah karang digunakan secara sendiri maka itu mengacu pada karang batu atau karang terumbu, bukan karang lunak. Karang mendapatkan makanan sebagian besar (>70%)dari algae zooxanthellae yang terdapat di dalam tubuhnya sedangkan sisanya ia dapat memakan plankton atau bahkan sedimen.
Terumbu karang merupakan salah satu komponen utama sumber daya pesisir dan laut utama, disamping hutan mangrove dan padang lamun. Terumbu karang dan segala kehidupan yang ada didalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya. Diperkirakan luas terumbu karang yang terdapat di perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2, yang tersebar luas dari perairan Kawasan Barat Indonesia sampai Kawasan Timur Indonesia (Walters, 1994 dalam Suharsono, 1998).
Indonesia merupakan tempat bagi sekitar 1/8 dari terumbu karang Dunia (Cesar 1997) dan merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman biota perairan dibanding dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Jenis Terumbu Karang
Terumbu karang terbagi dalam beberapa bentuk:
• Fringing reef (terumbu karang tepi) - suatu batu karang yang berbatasan langsung ke pantai atau berbatasan dengan sebuah saluran atau laguna yang dangkal.
• Barrier reef (terumbu karang penghalang) - karang yang terpisah dari pantai daratan atau pulau yang terpisah oleh laguna yang dalam (contoh: Great Barrier Reef).
• Patch reef (gosong terumbu) - terumbu karang yang terisolasi, seringkali berbentuk melingkar, biasanya terdapat dalam sebuah laguna.
• Apron reef - terumbu pendek yang menyerupai sebuah fringing reef, tetapi lebih landai; meluas keluar dari dan ke bawah suatu semenanjung pantai.
• Bank reef - terumbu linear atau berbentuk semi-lingkaran besar, lebih besar dari patch reef.
• Ribbon reef - sebuah terumbu yang panjang, sempit, yang berliku-liku, biasanya terkait dengan laguna sebuah atol.
• Atoll reef (terumbu karang cincin) - suatu kurang lbundar atau tebing karang yang meluas ke seluruh laguna tanpa pulau di tengahnya.
• Table reef - karang yang terpencil, hampir menyerupai sebuah atol, tetapi tanpa laguna.




Manfaat Laut
Penyerapan karbon (carbon sink) dalam proses asimilasi melalui media terumbu karang dimungkinkan terjadi, khususnya di kawasan Indonesia yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan.
Peneliti Bidang Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kurnaen Sumadiharga di Jakarta, Rabu, mengatakan, isu penyerapan karbon melalui media terumbu karang ini harus dijadikan topik bahasan utama dalam Konferensi Kelautan Dunia atau World Ocean Conference (WOC) dan Coral Triangle Initiative (CTI) di Manado, 11-14 Mei 2009.
Ia menjelaskan, proses fotosintesa mungkin dilakukan oleh tumbuhan yang memiliki zat hijau daun atau klorofil. Menurut dia, terumbu karang terdiri dari unsur binatang karang bernama Polip yang melakukan simbiosis mutualisme dengan tumbuhan alga, yakni ganggang hijau.
"Tumbuhan inilah yang sesungguhnya melakukan proses fotosintesa, sekalipun di dalam air," katanya. Proses fotosintesa, kata dia, memerlukan karbon dioksida (CO2) serta sinar matahari, yang selanjutnya menghasilkan oksigen (O2), air serta gula. Adapun CO2 yang menjadi bahan utama proses fotosintesa, kata dia, juga tersedia di laut.
Ia mengatakan, pada malam hari, saat terumbu karang tidak melakukan asimilasi, tumbuhan ini justru menghasilkan CO2. "Karbon yang dihasilkan saat malam hari inilah yang menjadi bahan utama terjadinya proses fotosintesa," katanya.
Oleh karena itu, lanjut dia, keberadaan terumbu karang ini harus dipelihara dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mengantisipasi terjadinya perubahan iklim.
Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Pesisir dan Laut Deputi Bidang Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam Kementerian Negara Lingkungan Hidup Wahyu Indraningsih menuturkan, keberadaan terumbu karang di Indonesia harus benar-benar dijaga. Menurut dia, selain disebabkan oleh penggunaan bahan peledak, perubahan iklim global beberapa waktu terakhir ini juga menjadi salah satu penyebab rusaknya terumbu karang.
Ia mengatakan, perubahan iklim berakibat terhadap naiknya suhu air laut. "Suhu air laut yang naik 2-3 derajat Celcius dalam dua minggu berturut-turut menyebabkan kerusakan terumbu karang," katanya. Kondisi semacam ini, lanjut dia, juga sudah mulai terindikasi di wilayah Indonesia.

Menyelamatkan lingkungan khususnya terumbu karang berarti kita telah ikut berpartisipasi dalam penyelamatan bumi. Kerusakan terumbu karang yang kita alami merupakan akibat dari ketidaktahuan masyarakatakan pentingya terumbu karang. Ada beberapa faktor penyebab terjadinya kerusakan terumbu karang di indonesia, antara lain:
1. Tidak jelasnya institusi penanggungjawab
2. Kurangnya informasi dan sosialisasi mengenai terumbu karang
3. Lemahnya pengelolaan dan penegakan hukum.
4. sebagai tempat hdiupnya ikan-ikan yang banyak dibutuhkan manusia untuk pangan, seperti ikan kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning, dll.
5. sebagai benteng " pelindung pantai dari kerusakan yang disebabkan oleh gelombang atau ombak laut, sehingga manusia dapat hidup di daerah dekat pantai.
6. sebagai tempat untuk wisata. Karena keindahan warna dan bentuknya, banyak orang berwisata bahari.

Manfaat Laut antara lain adalah:
• Sebagai sumber makanan: Laut menghasilkan berbagai jenis bahan makanan yang kita konsumsi sehari - hari seperti ikan, kerang, rumput laut dan lainnya
• Sebagai sumber obat - obatan: Laut menghasilkan bahan - bahan yang dapat dipergunakan untuk membuat obat - obat, kosmetika dll.
• Sebagai tempat rekreasi dan wisata : Laut yang indah pantai yang bersih dan segala ekosistemnya yang terjaga merupakan tempat rekreasi dan wisata yang paling menyenangkan.
Ekosistem dan Fungsi Terumbu Karang
Terumbu Karang adalah bentukan dari kumpulan hewan dan tumbuhan yang saling bekerjasama membangun sebuah komunitas bersama. Dan jika kita perhatikan secara seksama, terumbu merupakan kumpulan dari hewan - hewan kecil yang bernama POL/P. Polip ini lah yang tumbuh bersama - sama dengan tumbuhan kecil lainnya yang disebut ZOOXNATHELLAE ( baca : zo-zan-the-Iee). Ekosistem adalah Iingkungan hidup (Habitat) serta makhluk penghuninya yang saling mempengaruhi.
Fungsi Terumbu Karang adalah : Bagaikan hutan lebat di daratan, Terumbu Karang merupakan rumah bagi ribuan jenis hewan laut. Disini pula sebahagian jenis hewan laut berkembang biak, membesarkan anak ¬anaknya serta mencari makan. Bagaikan tembok raksasa yang kokoh, Terumbu Karang melindungi pantai dari gempuran ombak yang dapat menyebabkan erosi dan rusaknya pantai. Bagaikan tumbuhan di darat, Terumbu Karang menghasilkan oksigen (02) yang sang at dibutuhkan oleh semua makhluk hidup di perairan. Bagaikan pasar besar (supermarket), Terumbu Karang menyediakan bermacam - macam jenis ikan, udang dan kerang - kerangan yang dapat kita gunakan sebagai bahan makanan. Bagaikan taman yang indah, Terumbu Karang merupakan tempat yang sangat menarik untuk di kunjungi.
Tempat Terumbu Karang Hidup
Terumbu Karang hidup di perairan laut yang tidak datam, dengan suhu perairan antara 22 0 hingga 270 Celcius dengan kandungan zat kapur yang tinggi. Terumbu Karang hanya hidup di negara tropis dan sub tropis. Di Propinsi Kepulauan Riau ( Kepri), Terumbu Karang ditemukan di Perairan Kabupaten Kepulauan Riau hingga Kabupaten Natuna. Beberapa lokasi yang memiliki keindahan terumbu Karang terdapat di Perairan Batam, Lagoi, Tanjung Berakit, Trikora, Mapur, Senayang, Lingga, Selentang, juga di Midai, Anambas, Serasan dan beberapa tempat lainnya.
Cara Terumbu Karang Berkembang Biak
Terumbu Karang berkembang biak berdasarkan jenisnya. Terumbu Karang ada yang menghasilkan sel sperma atau sel telur (seksual) ada yang dengan pertumbuhan tunas (Aseksual) bahkan ada yang bisa menghasilkan kedua - duanya .



Cara Terumbu Karang Tumbuh
Terumbu Karang merupakan simbiosis antara hewan polip dengan tumbuhan Zooxnathellae yang memerlukan sinar matahari untuk proses Fotosintesis. Zat kapur yang tinggi sangat diperlukan oleh kedua hewan dan tumbuhan ini untuk membangun kerangka karang bersama - sama dengan hewan - hewan lainnya. Terumbu Karang tumbuh sangat lamban. Satu jenis Terumbu Karang hanya dapat tumbuh rata -rata 0.5 sampai 1 em per tahun. Dan beberapa jenis diantaranya sangat mudah patah atau rusak. Bentuk Terumbu Karang berbeda - beda, ada yang bulat seperti bola, datar seperti meja dan ada juga yang pipih seperti kipas.
Terumbu karang adalah Biota laut dari filum Coelenterata yang terdiri dari 3 kelas yaitu:
• kelas Scyphozoa (jelly fish)
• kelas Hydrozoa dengan bangsa Hydroids (ubur-ubur), Milleporina (karang api), Stylasterina (paku bintang)
• kelas Anthozoa dengan sub kelas Tabulata (telah punah dan tinggal fosil), Zoatharia, Alcyonaria.
Masyarakat Indonesia pada umumnya hanya mengenal terumbu karang yang berada pada kelas Anthozoa yaitu Scleractina (Hard coral= karang batu), Antipatharia (Black coral =karang tanduk) yang berada di subkelas Zoatharia dan Alcyonacea (Soft coral= karang lunak) subkelas Alcyonaria.
Karang batu bangsa Scleractina adalah pembentuk terumbu karang yang utama dan yang tersebar di dunia sekitar 18 suku 119 marga. Di Indonesia sendiri terdapat lebih kurang 15 suku 83 marga. Karang lunak bangsa Alcyonacea di dunia terdiri dari 6 suku 32 marga. Suku subkelas ini yang terdapat di Indonesia antara lain Alcyoniidae, Nephtheidae dan Xiniidae.
Karang tanduk yang dikenal dengan Black Coral bangsa Antipatharia (akar bahar) dan memiliki jenis Antiphates, Tanacetiphates, Cirrhiphates adalah terumbu karang yang dilindungi dan menarik perhatian saya. Terumbu karang ini adalah salah satu bahan perhiasan seperti pearl, tortoise, shell, ivory, jet, amber, dll.
Terumbu karang terdiri dari dua kata, yaitu terumbu dan karang. Terumbu adalah endapan zat kapur hasil metabolisme dari ribuan hewan karang. Jadi dalam seonggok batuan terumbu itu, terdapat ribuan hewan karang yang hidup di dalam celah kecil yang disebut polip. Hewan karang ini bentuknya renik dan melakukan kegiatan pemangsaan terhadap berbagai mikro organisme lainnya yang melayang pada malam hari. Terumbu karang bertumbuh dan berkembang sangat lambat. Berdasarkan hasil transplantasi karang beberapa jenis memperlihatkan hanya sekitar 1 cm per bulan. Sebagian besar karang hanya hidup di iklim tropis.
Hewan-hewan yang karang ini bersimbiosis dengan alga Zooxanthellae. Alga inilah memberikan nuansa warna terhadap karang. Jika kita melihatnya pada saat snorkeling atau menyelam, atau bahkan hanya melihatnya di SeaWorld, terdapat banyak macam warna, hijau, pink, biru orange ungu dan masih banyak lagi lainnya. Hewan karang ini berkerabat dengan Ubur-ubur.
Nah kalau ubur-ubur tak berwarna karena tidak adanya simbiosis tersebut. Seperti halnya ubur-ubur, hewan karang juga memiliki zat penyengat. Bahkan beberapa diantaranya berbahaya. Namun perlu dipahami, terumbu karang sangat sensitif terhadap gangguan pencemaran dan aktivitas yang merusak. Diprelukan puluhan bahkan ratusan tahun untuk berkembang dan membentuk koloni yang kompak. Keberadaan terumbu karang ini dimanfaatkan oleh berbagai biota lainnya di laut, salah satunya ikan.
Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam, baik secara ekologi maupun ekonomi. Menurut Cesar (1997) estimasi jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.
Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah pemanfaatan sumber daya ikan, batu karang, pariwisata, penelitian dan pemanfaatan biota perairan lainnya yang terkandung di dalamnya. Sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan tidak langsung adalah seperti fungsi terumbu karang sebagai penahan abrasi pantai, keanekaragaman hayati dan lain sebagainya.
Biologi Karang
Pada ekosistem terumbu karang, karang batu mempunyai arsitektur yang mengagumkan yang menyediakan banyak habitat bagi ribuan penghuni ekosistem terumbu karang yang lainnya, misalnya ikan, algae, dan invertebrata. Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut Polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh Tentakel. Namun pada kebanyakan Spesies, satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni (Sorokin, 1993). Berdasarkan kepada kemampuan memproduksi kapur maka karang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu karang hermatipik dan karang ahermatipik. Karang hermatifik adalah karang yang dapat membentuk bangunan karang yang dikenal menghasilkan terumbu dan penyebarannya hanya ditemukan didaerah Tropis. Karang ahermatipik tidak menghasilkan terumbu dan ini merupakan kelompok yang tersebar luas diseluruh dunia.
Perbedaan utama karang Hermatipik dan karang ahermatipik adalah adanya Simbiosis mutualisme antara karang hermatipik dengan zooxanthellae, yaitu sejenis algae Uniselular (Dinoflagellata unisular), seperti Gymnodinium microadriatum, yang terdapat di jaringan-jaringan polip binatang karang dan melaksanakan Fotosintesis. Hasil samping dari aktivitas ini adalah endapan kalsium karbonat yang struktur dan bentuk bangunannya khas. Ciri ini akhirnya digunakan untuk menentukan jenis atau spesies binatang karang. Karang hermatipik mempunyai sifat yang unik yaitu perpaduan antara sifat hewan dan tumbuhan sehingga arah pertumbuhannya selalu bersifat Fototropik positif. Umumnya jenis karang ini hidup di perairan pantai /laut yang cukup dangkal dimana penetrasi cahaya matahari masih sampai ke dasar perairan tersebut. Disamping itu untuk hidup binatang karang membutuhkan suhu air yang hangat berkisar antara 25-32°C (Nybakken, 1982).
Menurut Veron (1995) terumbu karang merupakan endapan massif (deposit) padat Kalsium (CaCo3) yang dihasilkan oleh karang dengan sedikit tambahan dari alga berkapur (Calcareous algae) dan organisme -organisme lain yang mensekresikan kalsium karbonat (CaCo3). Dalam proses pembentukan terumbu karang maka karang batu (Scleractina ) merupakan penyusun yang paling penting atau hewan karang pembangun terumbu (reef -building corals). Karang batu termasuk ke dalam Kelas Anthozoa yaitu anggota Filum Coelenterata yang hanya mempunyai stadium polip. Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul, Morfologi dan Fisiologi. Hewan karang sebagai pembangun utama terumbu adalah organisme laut yang efisien karena mampu tumbuh subur dalam lingkungan sedikit nutrien (oligotrofik).
Menurut Sumich (1992) dan Burke et al. (2002) sebagian besar spesies karang melakukan simbiosis dengan alga simbiotik yaitu zooxanthellae yang hidup di dalam jaringannya. Dalam simbiosis, zooxanthellae menghasilkan oksigen dan senyawa organik melalui fotosintesis yang akan dimanfaatkan oleh karang, sedangkan karang menghasilkan komponen inorganik berupa nitrat, fosfat dan karbon dioksida untuk keperluan hidup zooxanthellae. Selanjutnya Sumich (1992) menjelaskan bahwa adanya proses fotosintesa oleh alga menyebabkan bertambahnya produksi kalsium karbonat dengan menghilangkan karbon dioksida dan merangsang reaksi kimia sebagai berikut: Ca (HCO3) CaCO3 + H2CO3 H2O + CO2 Fotosintesa oleh algae yang bersimbiose membuat karang pembentuk terumbu menghasilkan deposist cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat, kira-kira 10 kali lebih cepat daripada karang yang tidak membentuk terumbu (ahermatipik) dan tidak bersimbiose dengan zooxanthellae.
Veron (1995) dan Wallace (1998) mengemukakan bahwa ekosistem terumbu karang adalah unik karena umumnya hanya terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, Eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya dengan perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis di tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%. Suharsono (1999) mencatat selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3°C di atas suhu normal.
Persebaran
Terumbu karang dan segala kehidupan yang ada didalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya. Diperkirakan luas terumbu karang yang terdapat di perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2, yang tersebar luas dari perairan Kawasan Barat Indonesia sampai Kawasan Timur Indonesia (Walters, 1994 dalam Suharsono, 1998).
Indonesia merupakan tempat bagi sekitar 1/8 dari terumbu karang Dunia (Cesar 1997) dan merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman biota perairan dibanding dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Thursday 5 November 2009

Terumbu Karang



Terumbu Karang adalah bangunan ribuan karang yang menjadi tempat hidup berbagai ikan dan makhluk laut lainnya. Bayangkanlah terumbu karang sebagai sebuah kota yang sangat sibuk, bangunannya terdiri dari karang-karang, dengan ikan-ikan dan makhluk laut sebagai penghuninya.
Karang yang hidup di laut, tampak terlihat seperti batuan atau tanaman. Tetapi mereka sebenarnya adalah sekumpulan hewan-hewan kecil yang dinamakan polip. Ada dua macam karang, yaitu karang batu (hard corals) dan karang lunak (soft corals). Karang batu merupakan karang pembentuk terumbu karena tubuhnya yang keras seperti batu. Kerangkanya terbuat dari kalsium karbonat atau zat kapur. Karang baru bekerja sama dengan alga yang disebut zooxanthellae. Karang batu hanya hidup di perairan dangkal dimana sinar matahari masih didapatkan. Karang lunak bentuknya seperti tanaman dan tidak bekerja sama dengan alga. Karang lunak dapat hidup baik di perairan dangkal maupun di perairan dalam yang gelap.
Pada tentakel polip terdapat racun yang digunakan untuk menangkap berbagai jenis hewan dan tumbuhan laut yang sangat kecil atau disebut plankton sebagai makanan tambahannya. Tentakel karang terbuka pada malam hari dan digunakan untuk menangkap plankton yang melayang-layang terbawa arus. Karang batu mendapatkan makanan dari zooxanthellae.
Karang berkembang baik secara sexual dan asexual. Sexual reproduction terjadi saat sel telur dan sperma dikeluarkan oleh karang ke kolom perairan. Sel telur dan sperma dari jenis yang sama kemudian bergabung menghasilkan larva planula. Planula akan tumbuh sebagai polip karang. Asexual reproduction terjadi saat planula tumbuh menjadi polip karang kemudian membelah memperbanyak diri.
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae.
Hewan karang bentuknya aneh, menyerupai batu dan mempunyai warna dan bentuk beraneka rupa. Hewan ini disebut polip, merupakan hewan pembentuk utama terumbu karang yang menghasilkan zat kapur. Polip-polip ini selama ribuan tahun membentuk terumbu karang.
Zooxanthellae adalah suatu jenis algae yang bersimbiosis dalam jaringan karang. Zooxanthellae ini melakukan fotosintesis menghasilkan oksigen yang berguna untuk kehidupan hewan karang
Di lain fihak, hewan karang memberikan tempat berlindung bagi zooxanthellae.
Dalam ekosistem terumbu karang ada karang yang keras dan lunak. Karang batu adalah karang yang keras disebabkan oleh adanya zat kapur yang dihasilkan oleh binatang karang. Melalui proses yang sangat lama, binatang karang yang kecil (polyp) membentuk kolobi karang yang kental, yang sebenarnya terdiri atas ribuan individu polyp. Karang batu ini menjadi pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Walaupun terlihat sangat kuat dan kokoh, karang sebenarnya sangat rapuh, mudah hancur dan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.

Terumbu karang (Coral reef ) merupakan masyarakat organisme yang hidup didasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut. Sedangkan organisme–organisme yang dominan hidup disini adalah binatang-binatang karang yang mempunyai kerangka kapur, dan algae yang banyak diantaranya juga mengandung kapur. Berkaitan dengan terumbu karang diatas dibedakan antara binatang karang atau karang (reef coral) sebagai individu organisme atau komponen dari masyarakat dan terumbu karang (coral reef ) sebagai suatu ekosistem. (Sorokin, 1993).
Nybakken (1992) mengelompokkan terumbu karang menjadi tiga tipe umum yaitu :
a) Terumbu karang tepi (Fringing reef/shore reef )
b) Terumbu karang penghalang (Barrier reef)
c) Terumbu karang cincin (atoll)
Diantara tiga struktur tersebut, terumbu karang yang paling umum dijumpai di perairan Indonesia adalah terumbu karang tepi (Suharsono, 1998). Penjelasan ketiga tipe terumbu karang sebagai berikut :
1) Terumbu karang tepi (fringing reef) ini berkembang di sepanjang pantai dan mencapai kedalaman tidak lebih dari 40m. Terumbu karang ini tumbuh keatas atau kearah laut. Pertumbuhan terbaik biasanya terdapat dibagian yang cukup arus. Sedangkan diantara pantai dan tepi luar terumbu, karang batu cenderung mempunyai pertumbuhaan yang kurang baik bahkan banyak mati karena sering mengalami kekeringan dan banyak endapan yang datang dari darat.
2) Terumbu karang tipe penghalang (Barrief reef ) terletak di berbagai jarak kejauhan dari pantai dan dipisahkan dari pantai tersebut oleh dasar laut yang terlalu dalam untuk pertumbuhan karang batu (40-70 m). Umumnya memanjang menyusuri pantai dan biasanya berputar-putar seakan – akan merupakan penghalang bagi pendatang yang datang dari luar. Contohnya adalah The Greaat Barier reef yang berderet disebelah timur laut Australia dengan panjang 1.350 mil.
3) Terumbu karang cincin (atol) yang melingkari suatu goba (laggon). Kedalaman goba didalam atol sekitar 45m jarang sampai 100m seperti terumbu karang penghalang. Contohnya adalah atol di Pulau Taka Bone Rate di Sulawesi Selatan.
Terumbu karang secara umum dapat dinisbatkan kepada struktur fisik beserta ekosistem yang menyertainya yang secara aktif membentuk sedimentasi kalsium karbonat akibat aktivitas biologi (biogenik) yang berlangsung di bawah permukaan laut. Bagi ahli geologi, terumbu karang merupakan struktur batuan sedimen dari kapur (kalsium karbonat) di dalam laut, atau disebut singkat dengan terumbu. Bagi ahli biologi terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang dibentuk dan didominasi oleh komunitas koral.

Dalam peristilahan 'terumbu karang', "karang" yang dimaksud adalah koral, sekelompok hewan dari ordo Scleractinia yang menghasilkan kapur sebagai pembentuk utama terumbu. Terumbu adalah batuan sedimen kapur di laut, yang juga meliputi karang hidup dan karang mati yang menempel pada batuan kapur tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari karang maupun dari alga. Secara fisik terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk dari kapur yang dihasilkan oleh karang. Di Indonesia semua terumbu berasal dari kapur yang sebagian besar dihasilkan koral. Kerangka karang mengalami erosi dan terakumulasi menempel di dasar terumbu.
Dalam banyak publikasi internasional 'terumbu karang' sering juga disebut secara singkat dengan 'terumbu' saja karena keduanya sama artinya, misalnya 'ikan terumbu karang' disebut sebagai 'ikan terumbu'. Di Indonesia, sebagian penulis menggunakan istilah 'ikan karang' yang salah kaprah. Jenis-jenis koral meliputi Acropora spp, Porites spp., Favia spp. dan lain-lain. Jenis-jenis terumbu atau terumbu karang meliputi atoll, terumbu penghalang, dan terumbu tepi.
Di dalam terumbu karang, koral adalah insinyur ekosistemnya. Sebagai hewan yang menghasilkan kapur untuk kerangka tubuhnya,karang merupakan komponen yang terpenting dari ekosistem tersebut. Baik buruknya kondisi suatu ekossistem terumbu karang dilihat dari komunitas karangnya. Kehadiran karang di terumbu akan diikuti oleh kahadiran ratusan biota lainnya (ikan, invertebrata, algae), sebaliknya hilangnya karang akan diikuti oleh perginya ratusan biota penghuni terumbu karang. Disamping menghasilkan sedimen kapur pembentuk terumbu, karang juga meningkatkan kompleksitas dan produktivitas ekosistem. Karang kadangkala disebut juga sebagai karang batu (karang yang keras seperti batu) atau karang terumbu (karang yang menghasilkan kapur pembentuk terumbu). Hal ini untuk membedakannya dengan karang lunak. Jika istilah karang digunakan secara sendiri maka itu mengacu pada karang batu atau karang terumbu, bukan karang lunak. Karang mendapatkan makanan sebagian besar (>70%)dari algae zooxanthellae yang terdapat di dalam tubuhnya sedangkan sisanya ia dapat memakan plankton atau bahkan sedimen.
Terumbu karang merupakan salah satu komponen utama sumber daya pesisir dan laut utama, disamping hutan mangrove dan padang lamun. Terumbu karang dan segala kehidupan yang ada didalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya. Diperkirakan luas terumbu karang yang terdapat di perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2, yang tersebar luas dari perairan Kawasan Barat Indonesia sampai Kawasan Timur Indonesia (Walters, 1994 dalam Suharsono, 1998).
Indonesia merupakan tempat bagi sekitar 1/8 dari terumbu karang Dunia (Cesar 1997) dan merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman biota perairan dibanding dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Jenis Terumbu Karang
Terumbu karang terbagi dalam beberapa bentuk:
- Fringing reef (terumbu karang tepi) - suatu batu karang yang berbatasan langsung ke pantai atau berbatasan dengan sebuah saluran atau laguna yang dangkal.
- Barrier reef (terumbu karang penghalang) - karang yang terpisah dari pantai daratan atau pulau yang terpisah oleh laguna yang dalam (contoh: Great Barrier Reef).
    - Patch reef (gosong terumbu) - terumbu karang yang terisolasi, seringkali berbentuk melingkar, biasanya terdapat dalam sebuah laguna.
    - Apron reef - terumbu pendek yang menyerupai sebuah fringing reef, tetapi lebih landai; meluas keluar dari dan ke bawah suatu semenanjung pantai.
    - Bank reef - terumbu linear atau berbentuk semi-lingkaran besar, lebih besar dari patch reef.
    - Ribbon reef - sebuah terumbu yang panjang, sempit, yang berliku-liku, biasanya terkait dengan laguna sebuah atol.
    - Atoll reef (terumbu karang cincin) - suatu kurang lbundar atau tebing karang yang meluas ke seluruh laguna tanpa pulau di tengahnya.
    - Table reef - karang yang terpencil, hampir menyerupai sebuah atol, tetapi tanpa laguna.
      Manfaat Laut
      Penyerapan karbon (carbon sink) dalam proses asimilasi melalui media terumbu karang dimungkinkan terjadi, khususnya di kawasan Indonesia yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan.
      Peneliti Bidang Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kurnaen Sumadiharga di Jakarta, Rabu, mengatakan, isu penyerapan karbon melalui media terumbu karang ini harus dijadikan topik bahasan utama dalam Konferensi Kelautan Dunia atau World Ocean Conference (WOC) dan Coral Triangle Initiative (CTI) di Manado, 11-14 Mei 2009.
      Ia menjelaskan, proses fotosintesa mungkin dilakukan oleh tumbuhan yang memiliki zat hijau daun atau klorofil. Menurut dia, terumbu karang terdiri dari unsur binatang karang bernama Polip yang melakukan simbiosis mutualisme dengan tumbuhan alga, yakni ganggang hijau.
      "Tumbuhan inilah yang sesungguhnya melakukan proses fotosintesa, sekalipun di dalam air," katanya. Proses fotosintesa, kata dia, memerlukan karbon dioksida (CO2) serta sinar matahari, yang selanjutnya menghasilkan oksigen (O2), air serta gula. Adapun CO2 yang menjadi bahan utama proses fotosintesa, kata dia, juga tersedia di laut.
      Ia mengatakan, pada malam hari, saat terumbu karang tidak melakukan asimilasi, tumbuhan ini justru menghasilkan CO2. "Karbon yang dihasilkan saat malam hari inilah yang menjadi bahan utama terjadinya proses fotosintesa," katanya.
      Oleh karena itu, lanjut dia, keberadaan terumbu karang ini harus dipelihara dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mengantisipasi terjadinya perubahan iklim.
      Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Pesisir dan Laut Deputi Bidang Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam Kementerian Negara Lingkungan Hidup Wahyu Indraningsih menuturkan, keberadaan terumbu karang di Indonesia harus benar-benar dijaga. Menurut dia, selain disebabkan oleh penggunaan bahan peledak, perubahan iklim global beberapa waktu terakhir ini juga menjadi salah satu penyebab rusaknya terumbu karang.
      Ia mengatakan, perubahan iklim berakibat terhadap naiknya suhu air laut. "Suhu air laut yang naik 2-3 derajat Celcius dalam dua minggu berturut-turut menyebabkan kerusakan terumbu karang," katanya. Kondisi semacam ini, lanjut dia, juga sudah mulai terindikasi di wilayah Indonesia.
      Menyelamatkan lingkungan khususnya terumbu karang berarti kita telah ikut berpartisipasi dalam penyelamatan bumi. Kerusakan terumbu karang yang kita alami merupakan akibat dari ketidaktahuan masyarakatakan pentingya terumbu karang. Ada beberapa faktor penyebab terjadinya kerusakan terumbu karang di indonesia, antara lain:
      1. Tidak jelasnya institusi penanggungjawab
      2. Kurangnya informasi dan sosialisasi mengenai terumbu karang
      3. Lemahnya pengelolaan dan penegakan hukum.
      4. sebagai tempat hdiupnya ikan-ikan yang banyak dibutuhkan manusia untuk pangan, seperti ikan kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning, dll.
      5. sebagai benteng " pelindung pantai dari kerusakan yang disebabkan oleh gelombang atau ombak laut, sehingga manusia dapat hidup di daerah dekat pantai.
      6. sebagai tempat untuk wisata. Karena keindahan warna dan bentuknya, banyak orang berwisata bahari.
      Manfaat Laut antara lain adalah:
      · Sebagai sumber makanan: Laut menghasilkan berbagai jenis bahan makanan yang kita konsumsi sehari - hari seperti ikan, kerang, rumput laut dan lainnya
      · Sebagai sumber obat - obatan: Laut menghasilkan bahan - bahan yang dapat dipergunakan untuk membuat obat - obat, kosmetika dll.
      · Sebagai tempat rekreasi dan wisata : Laut yang indah pantai yang bersih dan segala ekosistemnya yang terjaga merupakan tempat rekreasi dan wisata yang paling menyenangkan.
      Ekosistem dan Fungsi Terumbu Karang
      Terumbu Karang adalah bentukan dari kumpulan hewan dan tumbuhan yang saling bekerjasama membangun sebuah komunitas bersama. Dan jika kita perhatikan secara seksama, terumbu merupakan kumpulan dari hewan - hewan kecil yang bernama POL/P. Polip ini lah yang tumbuh bersama - sama dengan tumbuhan kecil lainnya yang disebut ZOOXNATHELLAE ( baca : zo-zan-the-Iee). Ekosistem adalah Iingkungan hidup (Habitat) serta makhluk penghuninya yang saling mempengaruhi.
      Fungsi Terumbu Karang adalah : Bagaikan hutan lebat di daratan, Terumbu Karang merupakan rumah bagi ribuan jenis hewan laut. Disini pula sebahagian jenis hewan laut berkembang biak, membesarkan anak ­anaknya serta mencari makan. Bagaikan tembok raksasa yang kokoh, Terumbu Karang melindungi pantai dari gempuran ombak yang dapat menyebabkan erosi dan rusaknya pantai. Bagaikan tumbuhan di darat, Terumbu Karang menghasilkan oksigen (02) yang sang at dibutuhkan oleh semua makhluk hidup di perairan. Bagaikan pasar besar (supermarket), Terumbu Karang menyediakan bermacam - macam jenis ikan, udang dan kerang - kerangan yang dapat kita gunakan sebagai bahan makanan. Bagaikan taman yang indah, Terumbu Karang merupakan tempat yang sangat menarik untuk di kunjungi.
      Tempat Terumbu Karang Hidup
      Terumbu Karang hidup di perairan laut yang tidak datam, dengan suhu perairan antara 22 0 hingga 270 Celcius dengan kandungan zat kapur yang tinggi. Terumbu Karang hanya hidup di negara tropis dan sub tropis. Di Propinsi Kepulauan Riau ( Kepri), Terumbu Karang ditemukan di Perairan Kabupaten Kepulauan Riau hingga Kabupaten Natuna. Beberapa lokasi yang memiliki keindahan terumbu Karang terdapat di Perairan Batam, Lagoi, Tanjung Berakit, Trikora, Mapur, Senayang, Lingga, Selentang, juga di Midai, Anambas, Serasan dan beberapa tempat lainnya.
      Cara Terumbu Karang Berkembang Biak
      Terumbu Karang berkembang biak berdasarkan jenisnya. Terumbu Karang ada yang menghasilkan sel sperma atau sel telur (seksual) ada yang dengan pertumbuhan tunas (Aseksual) bahkan ada yang bisa menghasilkan kedua - duanya .

      Cara Terumbu Karang Tumbuh
      Terumbu Karang merupakan simbiosis antara hewan polip dengan tumbuhan Zooxnathellae yang memerlukan sinar matahari untuk proses Fotosintesis. Zat kapur yang tinggi sangat diperlukan oleh kedua hewan dan tumbuhan ini untuk membangun kerangka karang bersama - sama dengan hewan - hewan lainnya. Terumbu Karang tumbuh sangat lamban. Satu jenis Terumbu Karang hanya dapat tumbuh rata -rata 0.5 sampai 1 em per tahun. Dan beberapa jenis diantaranya sangat mudah patah atau rusak. Bentuk Terumbu Karang berbeda - beda, ada yang bulat seperti bola, datar seperti meja dan ada juga yang pipih seperti kipas.
      Terumbu karang adalah Biota laut dari filum Coelenterata yang terdiri dari 3 kelas yaitu:
      · kelas Scyphozoa (jelly fish)
      · kelas Hydrozoa dengan bangsa Hydroids (ubur-ubur), Milleporina (karang api), Stylasterina (paku bintang)
      · kelas Anthozoa dengan sub kelas Tabulata (telah punah dan tinggal fosil), Zoatharia, Alcyonaria.
      Masyarakat Indonesia pada umumnya hanya mengenal terumbu karang yang berada pada kelas Anthozoa yaitu Scleractina (Hard coral= karang batu), Antipatharia (Black coral =karang tanduk) yang berada di subkelas Zoatharia dan Alcyonacea (Soft coral= karang lunak) subkelas Alcyonaria.
      Karang batu bangsa Scleractina adalah pembentuk terumbu karang yang utama dan yang tersebar di dunia sekitar 18 suku 119 marga. Di Indonesia sendiri terdapat lebih kurang 15 suku 83 marga. Karang lunak bangsa Alcyonacea di dunia terdiri dari 6 suku 32 marga. Suku subkelas ini yang terdapat di Indonesia antara lain Alcyoniidae, Nephtheidae dan Xiniidae.
      Karang tanduk yang dikenal dengan Black Coral bangsa Antipatharia (akar bahar) dan memiliki jenis Antiphates, Tanacetiphates, Cirrhiphates adalah terumbu karang yang dilindungi dan menarik perhatian saya. Terumbu karang ini adalah salah satu bahan perhiasan seperti pearl, tortoise, shell, ivory, jet, amber, dll.
      Terumbu karang terdiri dari dua kata, yaitu terumbu dan karang. Terumbu adalah endapan zat kapur hasil metabolisme dari ribuan hewan karang. Jadi dalam seonggok batuan terumbu itu, terdapat ribuan hewan karang yang hidup di dalam celah kecil yang disebut polip. Hewan karang ini bentuknya renik dan melakukan kegiatan pemangsaan terhadap berbagai mikro organisme lainnya yang melayang pada malam hari. Terumbu karang bertumbuh dan berkembang sangat lambat. Berdasarkan hasil transplantasi karang beberapa jenis memperlihatkan hanya sekitar 1 cm per bulan. Sebagian besar karang hanya hidup di iklim tropis.
      Hewan-hewan yang karang ini bersimbiosis dengan alga Zooxanthellae. Alga inilah memberikan nuansa warna terhadap karang. Jika kita melihatnya pada saat snorkeling atau menyelam, atau bahkan hanya melihatnya di SeaWorld, terdapat banyak macam warna, hijau, pink, biru orange ungu dan masih banyak lagi lainnya. Hewan karang ini berkerabat dengan Ubur-ubur.
      Nah kalau ubur-ubur tak berwarna karena tidak adanya simbiosis tersebut. Seperti halnya ubur-ubur, hewan karang juga memiliki zat penyengat. Bahkan beberapa diantaranya berbahaya. Namun perlu dipahami, terumbu karang sangat sensitif terhadap gangguan pencemaran dan aktivitas yang merusak. Diprelukan puluhan bahkan ratusan tahun untuk berkembang dan membentuk koloni yang kompak. Keberadaan terumbu karang ini dimanfaatkan oleh berbagai biota lainnya di laut, salah satunya ikan.
      Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam, baik secara ekologi maupun ekonomi. Menurut Cesar (1997) estimasi jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.
      Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah pemanfaatan sumber daya ikan, batu karang, pariwisata, penelitian dan pemanfaatan biota perairan lainnya yang terkandung di dalamnya. Sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan tidak langsung adalah seperti fungsi terumbu karang sebagai penahan abrasi pantai, keanekaragaman hayati dan lain sebagainya.

      Biologi Karang

      Pada ekosistem terumbu karang, karang batu mempunyai arsitektur yang mengagumkan yang menyediakan banyak habitat bagi ribuan penghuni ekosistem terumbu karang yang lainnya, misalnya ikan, algae, dan invertebrata. Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut Polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh Tentakel. Namun pada kebanyakan Spesies, satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni (Sorokin, 1993). Berdasarkan kepada kemampuan memproduksi kapur maka karang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu karang hermatipik dan karang ahermatipik. Karang hermatifik adalah karang yang dapat membentuk bangunan karang yang dikenal menghasilkan terumbu dan penyebarannya hanya ditemukan didaerah Tropis. Karang ahermatipik tidak menghasilkan terumbu dan ini merupakan kelompok yang tersebar luas diseluruh dunia.
      Perbedaan utama karang Hermatipik dan karang ahermatipik adalah adanya Simbiosis mutualisme antara karang hermatipik dengan zooxanthellae, yaitu sejenis algae Uniselular (Dinoflagellata unisular), seperti Gymnodinium microadriatum, yang terdapat di jaringan-jaringan polip binatang karang dan melaksanakan Fotosintesis. Hasil samping dari aktivitas ini adalah endapan kalsium karbonat yang struktur dan bentuk bangunannya khas. Ciri ini akhirnya digunakan untuk menentukan jenis atau spesies binatang karang. Karang hermatipik mempunyai sifat yang unik yaitu perpaduan antara sifat hewan dan tumbuhan sehingga arah pertumbuhannya selalu bersifat Fototropik positif. Umumnya jenis karang ini hidup di perairan pantai /laut yang cukup dangkal dimana penetrasi cahaya matahari masih sampai ke dasar perairan tersebut. Disamping itu untuk hidup binatang karang membutuhkan suhu air yang hangat berkisar antara 25-32°C (Nybakken, 1982).
      Menurut Veron (1995) terumbu karang merupakan endapan massif (deposit) padat Kalsium (CaCo3) yang dihasilkan oleh karang dengan sedikit tambahan dari alga berkapur (Calcareous algae) dan organisme -organisme lain yang mensekresikan kalsium karbonat (CaCo3). Dalam proses pembentukan terumbu karang maka karang batu (Scleractina ) merupakan penyusun yang paling penting atau hewan karang pembangun terumbu (reef -building corals). Karang batu termasuk ke dalam Kelas Anthozoa yaitu anggota Filum Coelenterata yang hanya mempunyai stadium polip. Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul, Morfologi dan Fisiologi. Hewan karang sebagai pembangun utama terumbu adalah organisme laut yang efisien karena mampu tumbuh subur dalam lingkungan sedikit nutrien (oligotrofik).
      Menurut Sumich (1992) dan Burke et al. (2002) sebagian besar spesies karang melakukan simbiosis dengan alga simbiotik yaitu zooxanthellae yang hidup di dalam jaringannya. Dalam simbiosis, zooxanthellae menghasilkan oksigen dan senyawa organik melalui fotosintesis yang akan dimanfaatkan oleh karang, sedangkan karang menghasilkan komponen inorganik berupa nitrat, fosfat dan karbon dioksida untuk keperluan hidup zooxanthellae. Selanjutnya Sumich (1992) menjelaskan bahwa adanya proses fotosintesa oleh alga menyebabkan bertambahnya produksi kalsium karbonat dengan menghilangkan karbon dioksida dan merangsang reaksi kimia sebagai berikut: Ca (HCO3) CaCO3 + H2CO3 H2O + CO2 Fotosintesa oleh algae yang bersimbiose membuat karang pembentuk terumbu menghasilkan deposist cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat, kira-kira 10 kali lebih cepat daripada karang yang tidak membentuk terumbu (ahermatipik) dan tidak bersimbiose dengan zooxanthellae.
      Veron (1995) dan Wallace (1998) mengemukakan bahwa ekosistem terumbu karang adalah unik karena umumnya hanya terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, Eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya dengan perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis di tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%. Suharsono (1999) mencatat selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3°C di atas suhu normal.
      Persebaran
      Terumbu karang dan segala kehidupan yang ada didalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya. Diperkirakan luas terumbu karang yang terdapat di perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2, yang tersebar luas dari perairan Kawasan Barat Indonesia sampai Kawasan Timur Indonesia (Walters, 1994 dalam Suharsono, 1998).
      Indonesia merupakan tempat bagi sekitar 1/8 dari terumbu karang Dunia (Cesar 1997) dan merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman biota perairan dibanding dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya.


      Thursday 4 June 2009

      Menjelang Semester

      Menjelang ujian semester ini, perasaan hati ini makin tidak karuan,
      sebenarnya ini adalah wajar terjadi pada setiap manusia, tapi entah kenapa semester ini berbeda dengan semester sebelumnya, mungkin karena sehabis semesteran ini aku mau pulang kampung, maklum, rumahku kan jauh, di Lampung sana. aiihh... buat yang baca, mohon do'anya ya, semoga IP ku semester ini tidak ada merahnya, malu lah kalo sampe banyak yang merah, apa kata dunia.